Kamis, 02 Maret 2017

Penjahat Lantas


Sebut saja mereka "penjahat lantas" pelanggar rambu-rambu lalulintas demi kepentingan mereka sendiri. Demi mendapat parkir yang strategis mereka melanggar rambu-rambu dilarang parkir dan memakirkan kendaraan mereka seakan tidak ada akibat buruknya.

Salah satunya yaitu pada sisi selatan jalan raya Ubud ke barat menuju Campuhan. Padahal daerah itu sudah menjadi langganan polisi patroli lalulintas menindak para "penjahat lantas" itu. Akan tetapi sampai saat ini masih saja ada yang melanggar.

Dampaknya tentu "macet". Daerah itu merupakan salah satu penyumbang macet di Ubud. Selain itu, tempat pejalan kaki juga diembat, membuat para pejalan kaki harus melintas ke jalan raya untuk melewati kendaraan tersebut. Bahaya tentunya bila sampai tertabrak, kalau sampai terjadi siapakah yang bertanggung jawab?

Apa sang penindak sudah bosan menegur para penjahat itu? Sehingga masih ada sisa-sisa mereka sampai saat ini. Bila tidak didasari atas kesadaran diri maka akan sia-sia pula usaha sang penindak menegakkan keadilan demi keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Hama di Daerah Ubud

Layaknya tanah yang subur akan banyak terdapat mahkluk hidup didalamnya, dari yang biasa, menguntungkan, sampai yang merugikan. Sama halnya daerah-daerah maju, mengundang banyak orang lalu mereka hidup didalamnya.

Ubud, salah satu daerah maju yang ada di wilayah Gianyar, juga termasuk dalam pernyataan diatas. Yang menonjol dari daerah maju ini tiada lain adalah sang "hama" atau mereka yang datang, lalu hidup, dan merugikan daerah itu.

Yang saya maksud disini adalah para "pengemis", mereka datang mencari nafkah sama halnya dengan yang lain. Yang mengganggu dari mereka yaitu cara mereka dalam mencari nafkah, berada di tempat keramaian, bermodalkan niat, pakaian compang-camping dan atribut lainnya, sampai membawa anak mereka yang masih balita, tujuannya adalah untuk menarik simpati orang-orangan disekitar mereka, agar mengasihani dan memberi mereka sepeser uang.

Untung dimereka. Rugi di kita, masyarakat asli dan pendatang mencari uang dengan berkerja susah payah, sedangkan mereka hanya berakting, seolah menjadi korban peperangan. Dengan kelakuan mereka membuat disekitarnya menjadi Tidak nyaman, hanya meminta-minta kepada semua orang yang lewat didepannya membuat kenyamanan orang-orang terganggu dan merusak citra tempat mereka mangkal.

Di Ubud, mereka dapat ditemui di tempat keramaian yang keamanannya kurang, seperti di SPBU pengosekan, Pasar Ubud, emperan toko-toko seputaran Ub
Ud.

Beda halnya jika mereka mau berkerja untuk mendapat uang. Derajat mereka akan meningkat dimasyarakat. Tapi, masalahnya mereka "tidak mau". Pengalaman saya sendiri ketika saya didatangi oleh pengemis ketika bersih-bersih depan rumah, mereka meminta uang pada saya "pak minta, pak" saya menjawab "kamu mau uang? Bagai mana kalau bantu saya nyapu lalu akan saya beri" dia hanya menatap lalu pergi. Bukan kah itu adalah peluang yang lebih baik untuk mencari uang? Akan tetapi mereka tetap berada dalam zona nyamannya menjadi "pengemis" yang direndahkan oleh masyarakat.